Quantcast
Channel: Kota & Transportasi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 151

Memahami Kualitas Udara Jakarta di Paruh Pertama Tahun 2024

$
0
0
Memahami Kualitas Udara Jakarta di Paruh Pertama Tahun 2024 Admin WRI Indonesia

Polusi udara merupakan salah satu tantangan lingkungan yang berdampak signifikan terhadap kesehatan manusia di tingkat global, termasuk di Jakarta dan sekitarnya. Pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, urbanisasi yang pesat, serta peningkatan mobilitas perkotaan telah berkontribusi pada meningkatnya polusi udara di wilayah ini. 

Sebagai salah satu pusat ekonomi utama di Indonesia, meskipun kini status ibu kota telah dipindahkan ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jakarta tetap menjadi sorotan terkait masalah kualitas udara. Jakarta telah diidentifikasi sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, dengan tingkat polutan seperti partikel (PM2.5) dan ozon (O3) yang melebihi standar kualitas udara sekitar. Kualitas udara yang buruk ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko serius bagi kesehatan masyarakat. Berdasarkan studi Beban Penyakit Global (2021), polusi udara merupakan faktor risiko terbesar keempat yang mempengaruhi kematian dan penyakit di Jakarta. Penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, infeksi saluran pernapasan kronis, hingga stunting pada anak-anak dan kelahiran prematur, telah diidentifikasi terkait dengan paparan polusi udara di ibu kota. Data tersebut juga mengungkap bahwa Jakarta berada di peringkat kedua di Indonesia dalam hal tingkat kematian dan penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.

Dengan dampak yang begitu signifikan, upaya penanggulangan polusi udara di Jakarta harus menjadi prioritas. Namun, untuk menentukan kebijakan dan intervensi yang efektif, dibutuhkan data yang akurat dan pengetahuan mendalam guna mengidentifikasi langkah-langkah terbaik untuk mengurangi paparan polusi udara secara berkelanjutan.

Clean Air Catalyst dan Pendekatan untuk Penanggulangan Polusi Udara Berbasis Data

Dalam konteks ini, Clean Air Catalyst (Catalyst) mendukung upaya pemerintah Jakarta untuk meningkatkan kualitas udara melalui kerja sama multi-pemangku kepentingan dan kebijakan berbasis data untuk mengidentifikasi solusi bagi sumber polusi paling signifikan di Jakarta. Pada tahun 2023, Catalyst memasang 3 perangkat pemantauan udara kelas referensi di berbagai titik di Jakarta, ini memberikan data akurat tentang sumber polusi udara, yang dapat digunakan sebagai dasar tindakan komprehensif untuk meningkatkan kualitas udara, mengatasi perubahan iklim, dan melindungi kesehatan Jakarta. Selain itu, Catalyst juga melakukan analisis rutin terhadap data dari monitor ini untuk memahami pola polusi udara dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mengurangi polusi di berbagai wilayah kota.

Catalyst akan secara berkala melaporkan hasil analisis kualitas udara mereka melalui serangkaian artikel yang diterbitkan di bawah #KenaliKualitasUdaraJakarta. Dalam blog pertama dari seri ini, tim Sains Cataylst akan mempresentasikan analisis mereka tentang pola kualitas udara dan faktor-faktor yang memengaruhi mereka selama 6 bulan pertama tahun 2024, dari 1 Januari hingga 30 Juni. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang analisis mereka, tim Sains dari Catalyst akan pertama-tama membagikan pemahamanan mengenai konsep-konsep berikut:

Apa itu Polutan Udara? 

Kualitas udara ditentukan berdasarkan konsentrasi zat-zat tertentu, yang biasa disebut sebagai ''parameter pencemar'', yaitu partikulat (PM10 dan PM2.5), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan timbal (Pb).

Mengenal Konsep ''Baku Mutu' dan ''Indeks Pencemar Udara''

Konsentrasi polutan di udara dievaluasi berdasarkan Standar Kualitas Udara Sekitar (BMUA), yang merupakan batas tertentu yang, jika dilampaui oleh suatu zat, para ilmuwan dapat mempertimbangkan polusi udara. Untuk memudahkan masyarakat memahami, pemerintah menerjemahkan konsentrasi (jumlah polutan yang sebenarnya di udara) ke dalam Indeks Standar Polutan Udara (ISPU).

(Sumber berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara, Udara.Jakarta.go.id dan rekomendasi aktivitas yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jakarta sesuai dengan PERMEN LHK No 14/2020)

(Sumber berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara, Udara.Jakarta.go.id dan rekomendasi aktivitas yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Jakarta sesuai dengan PERMEN LHK No 14/2020)

Teknologi Pemantauan Kualitas Udara

Kemajuan teknologi memungkinkan kami untuk memantau kualitas udara sekitar secara efektif. Udara sekitar adalah udara bebas di permukaan bumi yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pemantauan kualitas udara terdiri dari dua metode utama:

  • Metode kelas referensi adalah pengukuran dengan akurasi yang diakui. Menurut EPA AS, metode ini dianggap sebagai "standar emas" sistem pemantauan kualitas udara. Ini diakui karena akurasinya, tetapi membutuhkan operator terlatih dan membawa biaya tinggi.

  •  Metode Indikatif: Alternatif yang lebih terjangkau; menggunakan sensor berbiaya rendah (LCS), praktis dan mudah digunakan tetapi kurang akurat dan memerlukan kalibrasi ekstensif.

Apa itu Teknologi Pemantauan Kualitas Udara Clean Air Catalyst

Berdasarkan kajian Badan Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta, wilayah Jakarta membutuhkan setidaknya 25 titik pemantauan kualitas udara berdasarkan metode reference-gradeSebelumnya, terdapat sembilan lokasi pemantauan yang tersebar di berbagai wilayah administrasi DKI Jakarta, Clean Air Catalyst telah meningkatkan kapasitas pemantauan di Jakarta dengan memasang alat pemantauan di tiga lokasi baru sehingga saat ini hampir setengah dari area yang dibutuhkan telah tercapai. Berikut ini adalah lokasi pemantauan yang dipasang oleh Clean Air Catalyst:

 

Persebaran alat AQ CAC

1. Lokasi Pemantauan Kembangan Selatan (CAC1), berada di rooftop Gedung Kantor Wali Kota Jakarta Barat.

2. Lokasi Pemantauan Pulo Gebang (CAC2), terletak di rooftop Gedung Kantor Wali Kota Jakarta Timur.

3. Lokasi Pemantauan Marunda (CAC3), berlokasi di lantai 5 Rusunawa Marunda Cluster D, Jakarta Utara.

Pemantauan di tiga lokasi baru (Kembangan Selatan, Pulo Gebang, dan Marunda) memberikan informasi tambahan berupa:

  • Tingkat polusi PM2.5 di daerah lintas batas, seperti di Kembangan Selatan yang berbatasan dengan kota Tangerang dan di Pulo Gebang yang berbatasan dengan kota Bekasi.

  •  Tingkat polutan PM2.5 di daerah pelabuhan, seperti di Marunda, menunjukkan konsentrasi polutan dari badan air di sisi utara Jakarta.

  • Kondisi meteorologi di tiga wilayah administratif Jakarta, yaitu di wilayah Timur, Barat, dan Utara.

Mengoptimalkan penggunaan alat pemantauan kualitas udara ini, Clean Air Catalyst telah menganalisis hasil pemantauan PM2.5 dari Januari hingga Juni 2024 di Pulo Gebang dan Marunda. Selain itu, Clean Air Catalyst juga mengamati hasil pemantauan PM2.5 yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat yang berlokasi di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, dan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Metodologi

Clean Air Catalyst menggunakan beberapa pendekatan analisis untuk data yang terkumpul:

1. Konsentrasi Bulanan Data PM2.5 dirata-ratakan per bulan dan lokasi, disajikan dalam diagram batang untuk mempermudah perbandingan dan identifikasi tren bulanan.

2.  Konsentrasi Harian Data PM2.5 dirata-ratakan per tanggal dan lokasi, dibandingkan dengan BMUA, dan diterjemahkan ke dalam ISPU dalam diagram batang serta kalender untuk melihat pola harian.

5 Temuan Menarik dari Analisis Kualitas Udara Jakarta di Paruh Pertama 2024

Dari analisis pemantauan udara yang telah dilakukan di berbagai titik di Jakarta, ditemukan beberapa hasil yang penting. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk melindungi diri dan lingkungan, serta mendorong kebijakan yang lebih efektif untuk masa depan Jakarta yang lebih sehat.

1. Peningkatan PM2.5 saat Musim Kemarau

Konsentrasi PM2.5 di seluruh lokasi mengalami tren peningkatan saat transisi memasuki musim kemarau yang biasanya terjadi antara  Mei dan Oktober. Konsentrasi PM2.5 meningkat selama transisi ke musim kemarau yang umumnya terjadi karena berkurangnya curah hujan. Grafik menunjukkan konsentrasi rata-rata pada tiga bulan awal berkisar antara 18 hingga 32 µg/m3, sementara pada April hingga Juni mencapai 36 hingga 57 µg/m3. Konsentrasi tertinggi terjadi di bulan Mei, dengan tiga lokasi menunjukkan konsentrasi melebihi 50 µg/m3.

 

Pemantauan PM2.5 bulanan

 

2. Jumlah Hari dengan PM2.5 Melebihi Standar Kualitas Udara Ambien (BMUA) Meningkat pada Periode Mei-Juni

Pada bulan Mei dan Juni, jumlah hari dengan konsentrasi PM2.5 melebihi BMUA (55 μg/m3) meningkat secara signifikan. Pada bulan Mei, Pulo Gebang mencatat 16 hari melebihi BMUA, menunjukkan bahwa lebih dari 50% hari dalam sebulan memiliki kualitas udara yang tidak sehat.

 

Kategorisasi Hari Berdasarkan BMUA


3. Konsentrasi PM2.5 yang tinggi pada bulan Mei dan Juni

Konsentrasi PM2.5 yang tinggi ditemukan setiap minggu selama Mei dan Juni. Data menunjukkan peningkatan yang signifikan pada minggu terakhir bulan April, berlanjut hingga Mei dengan konsentrasi harian rata-rata tertinggi mencapai 70 μg/m3 di beberapa lokasi seperti Pulo Gebang, Marunda, dan Kebayoran Baru. Kondisi ini berlanjut hingga Juni dengan konsentrasi harian sebagian besar di atas 30 μg/m3.

 

Konsentrasi PM2.5


4. Peningkatan Jumlah Hari "Tidak Sehat" Sejak Mei

Jumlah hari yang dikategorikan tidak sehat berdasarkan Indeks Standar Polusi Udara (ISPU) meningkat mulai Mei. Sebelumnya, beberapa hari masih berada dalam kategori "Baik", terutama di Kebon Sirih. Namun, sejak April, hari-hari yang dikategorikan "Baik" menjadi semakin jarang, dan jumlah hari "Tidak Sehat" meningkat di lokasi pemantauan utama kecuali Kebon Sirih. 

 

Kategorisasi ISPU


5. Tidak Ada Pebedaan Signifikan Konsentrasi PM2.5 Antara Hari Kerja dan Libur

Tidak ada perbedaan signifikan antara konsentrasi PM2.5 pada hari kerja dan hari libur. Di Pulo Gebang, Marunda, dan Kebayoran Baru, konsentrasi berkisar antara 35-40 µg/m3, sementara di Kebon Sirih berkisar antara 25-30 µg/m3Pengetahuan tentang konsentrasi PM 2.5 di udara yang dihitung harian menjadi penting untuk mendorong rencana yang lebih komprehensif dan terintegrasi. Rencana ini berfokus pada peningkatan kesadartahuan masyarakat yang akan beraktivitas pada hari tersebut, sehingga mereka dapat melengkapi diri dengan alat kesehatan yang memadai serta membuat pilihan sadar untuk memitigasi dampak buruk polusi udara.

 

Pemantauan PM2.5 harian

 

Temuan ini merupakan kumpulan data pertama yang dianalisis oleh tim Clean Air Catalyst, berkat stasiun pemantauan yang dipasang di seluruh Jakarta. Dengan data ini, Clean Air Catalyst dan mitranya dapat lebih memahami pola dan tren kualitas udara di Jakarta, serta mengambil langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi udara demi kesehatan dan kesejahteraan semua warga.

Nantikan edisi #KenaliUdaraJakarta berikutnya.

 

 


 

 

 

 

 

 

 

Jenis
Wawasan
Exclude From Blog Feed?
0

Viewing all articles
Browse latest Browse all 151

Trending Articles